Webinar Series #5 Jurusan Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY telah menyelenggarakan kegiatan Webinar Series #5 pada hari Sabtu, 9 Oktober 2021 secara daring. Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah 198 peserta yang berasal dari kalangan dosen, guru, mahasiswa, dll. Terdapat dua orang narasumber yang diundang untuk mengisi acara webinar series #5 yaitu ChM. Dr. Nur Farhana Jaafar dari School of Chemical Sciences, Universiti Sains Malaysia (USM) dan Prof. Fitria Rahmawati dari Chemistry Department, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.

Pada presentasinya, Dr. Farhana menyampaikan tentang Mesoporus Nanoparticles Photocatalyst for Degradation of Pollutants. Dr. Farhana mengawali presentasinya tentang degradasi fotokatalitik. Dr. Farhana menyampaikan bahwa advanced oxidation process merupakan prosedur perawatan kimia untuk menghilangkan bahan organik dan anorganik dalam air limbah dengan oksidasi. Mekanisme oksidasi yang bergantung pada produksi spesies aktif seperti radikal hidroksil (•OH), sedangkan hidrogen peroksida (H2O2), ozon (O3), oksigen (O2) dan udara biasa digunakan sebagai reagen dalam mengoksidasi polutan. Pada penelitiannya, Dr. Farhana menggunakan bahan mesopori yang memiliki sifat unik dari ukuran dan struktur pori yang dapat disesuaikan, luas permukaan dan volume pori yang besar, morfologi yang dapat dikontrol dan permukaan yang dapat dimodifikasi, stabilitas kimia dan termal yang tinggi. Keuntungan utama bahan mesopori dalam katalisis heterogen adalah kemungkinan untuk menemukan reaktan yang lebih besar dan molekul yang lebih besar. Metode lain dari modifikasi silika mesostructured adalah metode co-kondensasi (sintesis satu pot). Selama pembentukan silika berstruktur meso, pengubah ditambahkan ke dalam campuran bahan pengarah struktur dan sumber silika. Fungsionalisasi dengan metode ini akan menghasilkan proyeksi fungsionalitas organik ke dalam pori-pori. Beberapa keuntungan dari metode ini adalah penyumbatan pori tidak menjadi masalah, dan unit organik umumnya lebih terdistribusi secara homogen. Namun, beberapa kelemahan metodologis yang terkait dengan metode ko-kondensasi adalah bahwa perawatan harus dilakukan untuk tidak merusak fungsionalitas organik selama penghilangan surfaktan, itulah sebabnya biasanya hanya metode ekstraktif yang dapat digunakan, dan kalsinasi tidak cocok di sebagian besar metode.  

Presentasi dilanjutkan oleh Prof. Fitria Rahmawati. Prof. Fitria menyampaikan makalah yang berjudul Materials for Electrochemical Energy Conversion. Penelitian Beliau dilatar belakangi oleh adanya kenaikan emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil secara global dan deskripsi dampak pemanasan global. Adapun masalah yang sering kali dihadapi Indonesia sering kali banjir, kekeringan, peningkaran penyakit infeksi, dan penurunan produksi pertanian. Oleh karena itu dibutuhkan energi yang baru dan terbarukan serta konversi teknologi yang bersih di antaranya melalui sel surya, fuel cell, cahaya matahari, angin, gelombang air laut, dan sistem penyimpanan energi. Konversi energi menggunakan sel elektrokimia menjadi alternatif yang bermanfaat untuk mengatasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan energi karena sel elektrokimia karena alasan sebagai berikut: (1) memiliki reaksi yang lebih spesifik dibandingkan dengan penggunaan mesin pembakaran, (2) memiliki efisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan mesin pembakaran, (3) desain lebih fleksibel, (4) lebih tenang serta lebih sedikit getaran, dan (5) memiliki sedikit bahkan nol emisi karbon melalui penggunaan gas hidrogen. Melalui konversi energi menggunakan sel elektrokimia dapat dilakukan melalui sel volta (baterai), solar cell, dan fuel cell. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian Prof. Fitria di antaranya adalah: (1) konversi energi yang lebih ramah lingkungan menggunakan sel elektrokimia dapat dijadikan alternatif untuk beralih dari mesin pembakaran bahan bakar fosil; (2) konversi energi elektrokimia adalah teknologi masa depan yang menjanjikan; (3) Baterai sekunder akan mengambil alih pasar karena masalah lingkungan yang dihasilkan dari baterai primer, (4) Bahan baku untuk pengembangan baterai banyak tersedia di Indonesia.

Melalui kegiatan webinar series #5 ini diharapkan berkontribusi terhadap peningkatan wawasan peserta yang berasal dari kalangan dosen, mahasiswa, dan guru.

Tags: